RSS

Keputusan kasus Ibu Naely, S.Pd? Jelaskan!

09 Dec

A

– Sebagai “orang tua murid Ibu Naely mempermainkan nilai anaknya Wildan”.
– Nilai Wildan itu yang dipersoalkan atas permainan nilai oleh guru-guru SMA.
– Nilai Si Adi tidak ada urusan dengan Ibu Naely Farida (guru sekolah lain).
– M. Wildan dipermainkan “perhatian lebih” karena guru kedatangan Ibu Naely.
– Apakah M. Wildan yang bermasalah? Ya, guru-guru kedatangan Ibu Naely.
– Pada dasarnya “jika dijabarkan itu kasus nilai Wildan”, bukan nilai orang lain.
– Jadi jika diuraikan permainan Wildan oleh Ibu Naely itu, bukan kasus Si Adi.
– Profesi Ibu Naely adalah eks guru sastra Indonesia SMAN 3 Bandung 2002.
– M. Wildan teman kelas Si Adi (bukan satu bangku) eks 1-9 SMAN 8 Bandung.
– Perkenalan Ibu Naely dan Ibu Trisye di kelas SMAN 8 Bandung 1999-2002.
– Di SMAN 8 Bandung Ibu Naely Farida sebagai orang tua murid, bukan guru.
– Di SMAN 3 Bandung sebagai guru, SMAN 8 Bandung sebagai orang tua murid.
– Kasus yang ada sesama orang tua murid bermain ke mall, pasar, stasiun, dll.
– Kasus yang ada belanja ke Ibu Naely barang bekas dikatakan baru: kulkas, dll.
– Kasus belanja apa? Jadi orang tua murid di kelas promosi barang dagangan.
– Ibu Naely pun jelas berkasus di SMAN 3 Bandung 2002, kasus kelas nilai ujian.
– Kasus yang ada Ibu Naely bermasalah dengan muridnya di SMAN 3 Bandung.
Jadi kesimpulannya Ibu Naely mempunyai 3 perkara:
1. Sebagai orang tua murid terhadap anaknya, permainan guru dan orang tua.
– Pengajar kedatangan Ibu Naely dengan meminta perhatian yang berlebih.
2. Sebagai orang tua murid terhadap orang tua murid lainnya “hal dagangan”.
– Dagangan kulkas, rice cooker, dispenser, mesin cuci bekas dikatakan baru.
3. Sebagai pengajar terhadap muridnya di sekolah tempat beliau mengajar.
– Persoalan nilai-nilai ujian Ibu Naely di kelas Ibu Naely mengajar, kasus nilai.

B

– Pada kasus ujian nasional dipersoalkan guru, angkatan, “khususnya ruangan”.
– Ada pun yang dipersoalkan adalah “Ita” bekas Jl. Haruman No.19 Bandung.
– Keluarga Si Adi berada di alamat Jl. Haruman No.20 Bandung, berhadapan.
– Ita tentu eks murid IPA 5 SMAN 8 Bandung 1999/2002 teman ruangan Si Adi.
– Ita mengerti Si Adi di 3 IPA 5 bahkan Ita pun teman kelas Wildan di eks 2-7.
– Ita pun teman ruangan Wildan di eks 2-7, teman ruangan Si Adi di eks 3 IPA 5.
– Si Adi sudah menjelaskan teman ruangan Wildan di eks 1-9 SMAN 8 Bandung.
– Ita, Wildan dan Si Adi saling terhubung terutama inti masalah ujian nasional.
– Pada kasus ujian nasional jangan menanggapi tante, paman, kakek, nenek, dll.
– Ada 2 alamat: Jl Haruman No.19 (Ita), Jl. Haruman No.20 (Keluarga Si Adi).
– Kasus ujian nasional, kasus ruangan hubungi Ita Jl. Haruman No.19 Bandung.

C

Bagaimana dengan kasus private les SMA ketika Si Adi SMA? Jelaskan!
1. Apakah guru-guru SMA tersebut memberi private les IPA ke Si Adi?
– Guru-guru SMA tidak pernah ada pertemuan di luar kelas, tidak les.
2. Apakah mahasiswa ITB, alumni SMAN 8 Bandung mengajar private les?
– Ya, private les mahasiswa ITB, alumni SMAN 8 Bandung mengajar les.
3. Apakah setelah membayar lalu putus kontrak private les (hilang)?
– Kasus yang ada “tidak sesuai kontrak”, bayar private les lalu putus.
– Kasus yang ada private les alumni SMAN 8 Bandung, eks, mahasiswa.
4. Siapakah yang memberikan penjelasan materi, tugas, nilai ujian?
– Penentu guru-guru SMAN 8 Bandung 1999/2002 di kelas secara formal.
– Guru resmi di sekolah yang memberikan materi, tugas, nilai-nilai ujian.
5. Jadi apakah materi, tugas dan nilai ditentukan oleh mahasiswa ITB?
– Tidak mereka, semua jelas ditentukan oleh guru-guru resmi di sekolah itu.
– Nilai-nilai, penjurusan IPA/IPS, bahan ujian ditentukan oleh guru resmi.
– Mahasiswa ITB, eks SMAN 8 Bandung tidak menentukan nilai dan ujian.

D

Berikut foto Wildan eks kelas 1-9 & Ita eks 3 IPA 5 SMAN 8 Bandung 1999/2002.
– Wildan & Bagus eks 1-9 1999/2002.
– Wildan & Ita eks 2-7 1999/2002.
– Bagus & Ita eks 3 IPA 5 1999/2002.
– Ita: Jl. Haruman No.19 Bandung, Keluarga Si Adi: Jl. Haruman No.20 Bandung.

1-9 SMAN 8 Bandung

II-6 SMAN 8 Bandung

3 IPA 5 SMAN 8 Bandung

E

Tambahan! Kasus PRT dan guna-guna adalah:
* Bagaimana dengan keputusan pada kasus-kasus PRT? Jelaskan!
1. Apa kasus-kasus yang terjadi dengan PRT?
– Tidak ada kasus apapun Si Adi dengan PRT.
2. Siapakah nama majikan dari PRT tersebut?
– Majikan PRT adalah Trisye Dewi Gayatri.
3. Dimanakah alamat PRT tersebut bekerja?
– Alamat: Jl.Bekasi Timur Gg.I/9, Jatinegara, Jakarta Timur, Indonesia 13350.
4. Siapakah nama-nama PRT Si Adi tersebut?
– Nurhayati, Usep, Dede Sulaiman, Maryati, Supriyati, Sumiati, Agus, Inah.
5. Kapankah periode PRT tersebut bekerja?
– Sebelum tahun 2016, sekitar tahun 1996-2016.
6. Siapakah saksi-saksi pada kasus PRT tersebut?
– Tukang bangunan: Asep, Agus, Hermin, supir: Usep Nurdin.
7. Jadi apakah ada Si Adi di dalam rumah PRT itu bekerja?
– Jika alamat Jatinegara Jakarta Timur Si Adi ada, selain itu tidak ada.

F

* Bagaimana dengan kasus pembunuhan guna-guna? Jelaskan!
1. Siapakah pelaku, si pembunuh kasus guna-guna? Positif (+)!
– Pelaku pembunuhan orang sunda, Jawa Barat (ITB, Unpad).
– Berbentuk guna-guna radio, elektronik, kepala kambing/kebo.
– Siapakah Henny (Tutu)? (Riwayat perjalanan hidup Henny)
2. Siapakah korban, si penderita sakit guna-guna?
– Korban pembunuhan guna-guna adalah Si Adi.
3. Apakah Si Adi melakukan pembunuhan guna-guna? (+/-)!
– Si Adi tidak melakukan pembunuhan guna-guna negatif (-).
– Si Adi hanya melakukan pengobatan via non medis/alternatif pijat, gurah.
– Jadi maksudnya susu kuda liar, pijat refleksi, air doa, gurah mata, terapi.
– Nilai positif (+) pelaku kasus guna-guna adalah Anne Dewi Gina/Wahyudin.
– Nilai positif (+) sejak 2007 perlu waspada, gawat pelaku Anne Wahyudin.
– No Fitrianti, no Dida, no Hana, no Teddy, no Hetty, no Trisye, no Firman, no Iin.
– No Herry, no Gita, no Reni, no Decky, no Irvan, no Ferry, no Busye, no Ekta, dll.
– Pelaku hanya satu: “Anne Wahyudin” penyebab kehancuran pemerintah RI.
– Pemerintah: SMPN 5 Bandung, SMAN 5 Bandung, ITB, Unpad, FK Unpad/RSHS.
– Apa penyebabnya? “Tusukan awang-awang”, mereka tertusuk Anne Wahyudin.
– Ada hal “KUNCI” ilmu guna-guna adalah Wahyudin (+), hanya 1 kunci kasusnya.

G

Apa langkah-langkah agar tidak ada persoalan ujian PTN? Jelaskan!
– Membuat laporan ujian bagaikan hasil laboratorium dokter.
– Laporan PTN harus setara laboratorium dokter: max, min, rata-rata, nilai.
– Hasil darah misal trombosit, HDL nilai pasien, nilai normal, bagaimana?
– UI ambil di Balairung UI, ITB ambil di Sabuga, Unpad di gedung DU Unpad.
– Misal matematika dasar: Nilai 85%, max 100%, min -5%, rata-rata 63%.
– Misal nilai PTN tahun 2002: Nilai 65%, max 75%, min -5%, rata-rata 22%.

H

Apakah ada persoalan pendidikan? Bahan pembahasan cukup sedikit saja:
– Panggil yang mana orangnya IPK 3,60 dan IPK 2,90?
– Panggil yang mana orangnya nilai 100 dan nilai 55?
– Panggil yang mana orangnya kelas IPA dan kelas IPS?
– Panggil yang mana orangnya ujian nilai A dan nilai C?
– Panggil yang mana orangnya yang lulus dan gagal ujian?

I

Ada kasus, jika kita belajar apa yang akan ditampilkan? Nilai, apa? Dijelaskan!
1. Nilai sistem: nilai sistem terlihat setelah dimasak, diolah, dibumbui, matang.
2. Nilai bahan: nilai bahan jadi nilai diminta, “bukan yang diperoleh dari sistem”.
– Jadi jika kita mempunya bahan: misal 40,02 apakah itu nilai sistem? Tidak itu.
– Setelah bahan utama dimasak, diolah, dibumbukan maka tampil nilai sistem.
– Nilai bahan bukan dari sistem tetapi nilai sistem tampil setelah bahan diolah.
– Kita buktikan nilai bahan Si A 90, Si B 95, Si C 98 bagaimana setelah dimasak?
– Pada dasarnya “nilai bahan bukan punya sistem, nilai sistem setelah diolah”.
– Jadi jika nilai bahan 95 siapakah yang memasak dan memberi bumbu dapur?
– Apakah nilai bahan 95 setelah dibumbui, dimasak, diolah akan matang 100%?
– Memang bahan bernilai A 90, B 95, C 98 apakah bisa memasaknya? Catatan!
– Bagaimana setelah dibumbui, dimasak lalu matang? Apa anda bisa memasak?
– Jika tidak bisa menggoreng maka makanan gosong, bau, tidak enak, bahan?
– Jadi memasak, membumbui, menggoreng rasanya setelah diolah enak, sedap.
– Pada dasarnya nilai bahan utama, lalu nilai sistem pada masakan, olahannya.
– Nilai bahan 95 bagaimana anda menggorengnya bisa? Makanan harus sedap.

J

Bagaimana caranya membuat PG (passing grade)?
– PG ke-1 seharusnya USBN ke-1, PG ke-1 tidak bisa USBN peringkat urut ke-3.
– PG ke-3 seharusnya tidak USBN ke-1, tidak bisa berlari finish awal juara ke-3.
– PG ke-1 harus disetujui oleh semua sekolah SD/SMP/SMA saling terhubung.
– PG ke-1 tidak hanya pihak SMPN 2 Bandung tetapi semua ikut SD/SMP/SMA.
– PG ke-1 SMPN 2 Bandung disetujui minimal semua kampus SMP Bandung.
– PG 40,02 apa itu nilai sistem? Itu nilai bahan dari SD, nilai sistem jelas USBN.
– PG 109 apa itu nilai sistem? Itu nilai bahan dari SD, nilai sistem tentu USBN.
– SMPN 2 Bandung “tidak bisa mengolah nilai 109” tetapi mengolah nilai USBN.
– Kapan SMPN 2 Bandung bisa mengolah nilai 109? Harap olahan USBN ke-1!
– Jika “nilai bahan 109 itu olahan siapa”? Bahan anda olah lagi apa USBN ke-1?
– Kapan SMPN 2 Bandung membuat 109? Hisal nilai USBN tidak seperti 109.
– Siapa yang membuat USBN ke-1? Itu baru membuat nilai 109, bergaya begitu.
– Jadi jika PG ke-1 tidak bisa hanya keinginan SMPN 2 Bandung tetapi semua.
– PG ke-1 disetujui SMPN 1 Bandung hingga SMPN 52 Bandung, plus swasta.
– Apakah bisa “permintaan rektor”? Tidak bisa, disetujui semua SD/SMP/SMA.
– Apa bisa tergantung 1 orang/keluarga? Tidak bisa, semua SMP ikut menilai.
– Jadi jika bermain bola tidak bisa goal 1>goal 2, lomba apapun finish terawal.

K

Bagaimana cara membuat perumusan, teori, ilmu pengetahuan? Jelaskan!
1. Bersifat global, nasional, internasional:
a. Misal menentukan 1 Syawal/1 Ramadhan di Kabah Mekah.
– Jadi 1 Syawal di Jepang, Indonesia, Mekah, Malaysia setara satu hari.
– Tidak bisa 1 Syawal misal Indonesia 1 Januari, Kabah 2 Januari.
b. Kesetaraan FK/RS/IDI/WHO, jika sakit serempak sakit.
– Misal vonis FK UMJ Cempaka Putih setara RSCM, IDI dan WHO.
– Misal FK UMJ vonis buta warna setara vonis RSCM, IDI, WHO.
c. Rumusan skizofrenia, hipertensi, diabetes, dll bersifat internasional.
– Tidak bisa RSHS vonis sehat tetapi IDI/WHO vonis sakit misal Gita.
– Tibak bisa RSHS vonis sakit tetapi IDI/WHO vonis sehat misal Adi.
2. Bersifat menyeluruh, total, semua (tidak satu pihak saja):
a. Misal PG ke-1 bersifat disetujui semua SD/SMP/SMA bukan 1 pihak saja.
– SMPN 2 Bandung disetujui oleh semua SD/SMP/SMA bukan 1 kampus.
– PG ke-1 tentu harus direstui oleh semua kampus, syaratnya USBN ke-1.
b. Syarat-syarat PG ke-1 adalah USBN ke-1.
– SMPN 2 Bandung seharusnya USBN ke-1 setara PG. Apakah PG ke-1?
c. Misal lomba lari syarat juara ke-1 adalah masuk garis finish ke-1.
– Nilai 90, 95, 99 terurut ke-1:99, ke-2:95, ke-3:90.
3. Bersifat logis, sehat, wajar, normal, benar, baik, waras, bijak, tepat:
a. Misal PG ke-1 adalah USBN ke-1, bukan kasus PG ke-1 USBN ke-2.
– Siapa USBN ke-1? Jangan PG ke-1 tetapi USBN ke-3, jadi sifatnya normal.
b. Misal obat diberikan kepada orang sakit, dosis sesuai.
– Misal sakit jantung konsumsi obat jantung sesuai dosis, tidak orang sehat.
c. Misal kasus penerimaan FK bebas buta warna, sehat jiwa, nilai tinggi.
– Misal FKUI tidak menerima kasus nilai minus (-6%), buta warna, sakit jiwa.
d. Tampilan bintang tentu cerdas, IQ tinggi, pintar, berpikir, berwawasan.
– Tampilan bintang FEUI tentu, normal, wajar, waras, logis, sehat, tepat, baik.
– Tampilan bintang FKUI berwawasan, berpikir, IQ tinggi, cerdas dan pintar.
– Tampilan bintang FTUI bintang olimpiade, bintang SMA, bintang di kuliah.
– Tampilan bintang MIPA UI bintang science, ranking 1-3, bintang SMA, lihai.
– Apa ada bintang UI cacat mata, IQ rendah, sakit jiwa, nilai minus? Tidak!
– Misal bintang FKUI: medali emas IBO, bintang SMAN 8 Jakarta, nem tinggi.
e. Misal kasus nilai A (amat baik), B (baik), C (cukup), D (kurang).
– Maksud 3,60 dan 2,90 apa? A,B,C,D atau D,C,B,A? Nilai 100 dan 0 apa?
– Yang mana 2,90 dan 3,60 orangnya? Harap perhatikan yang mana!
– Apa maksud nilai A? Apa maksud nilai C? Jadi kenapa 2,90 dan 3,60?
– Apa nilai Zaekhan dan Gita tidak terbalik? Mana Zaekhan dan Gita?
– Kesimpulan jadi pada dasarnya tampilan normal, benar, sesuai, tepat, baik.
f. Misal satu gedung ada satu rumah bertujuh tampilan tidak normal, aneh.
– Pada gedung balai pengobatan Belitung Bandung 7 orang satu rumah.
– Pada gedung kampus SMA Belitung satu gedung 7 orang satu rumah.
– Setarakan balai pengobatan RSJ Grogol satu gedung bertujuh satu rumah.
– Setarakan gedung misal IT UPI YAI satu gedung 7 orang satu rumah.
– Setarakan gedung SDN Merdeka 5/II satu gedung 7 orang satu rumah.
– Setarakan gedung PNS Telkom satu gedung 7 orang satu rumah.
– Setarakan gedung IT STT Telkom satu gedung 7 orang satu rumah.
– Setarakan gedung SMAN 8 Bandung satu gedung 7 orang satu rumah.
– Setarakan gedung PNS Litbang satu gedung 7 orang satu rumah.
– Jadi tampilan gedung itu normal, wajar, sehat, lumrah, baik, rapih, ramah.

L

A. Jalur masuk SMP/SMA:
1. Reguler: melalui ebtanas, ujian nasional, usbn. (nilai terlampir!)
2. Mutasi: pindah sekolah. (nilai terlampir!)
3. Kesenian dan olah raga: keterampilan, seni, olah raga. (nilai terlampir!)
B. Jalur masuk PTN:
1. Reguler: melalui SPMB. (nilai ujian spmb terlampir?)
2. PMDK: bintang SMA, keterampilan, seni, olah raga. (tidak testing, free!)
C. Jalur soal-soal USBN & PTN:
– Kasus soal USBN dan soal UMPTN masih dalam satu kode, satu pintu.
– Jika UMPTN tidak bocor maka USBN tidak bocor, satu cara, satu jalur.
– Jika menyimpan soal UMPTN rumusan itu maka soal USBN satu rumus.
– Jika UMPTN memakai cara: “titipan”, maka SMP/A cara: “mutasi/JKO”.
KASUS!
a) Kasus masuk SMP/SMA, bagaimana?
– Jalur reguler, PPDB? Nilai nem? Jelaskan!
– Jalur mutasi? Asal sekolah? Jelaskan!
– Jalur JKO? Dalam bidang apa? Jelaskan!
* SMPN 5 Bandung, SMAN 3&5 Bandung.
b) Kasus masuk PTN, bagaimana?
– Reguler, nilai UMPTN? Jelaskan!
– PMDK? Bidang apa? Jelaskan!
* FK Unpad/FE Unpad/FH Unpad/TI-MIPA ITB.
c) Kasus soal-soal USBN dan UMPTN:
– Simpanan soal ujian USBN dan PTN satu rumus/taktik, sejalur.
– PTN caranya: titipan, SMP/A caranya: mutasi/JKO.
– Kasus yang ada bukan soal bocor tetapi titipan, mutasi/JKO.
– Bukan soal ujian diberikan pada A cara 2/3 dan B cara 1/2.
– Pada kasus masuk SMP/A tidak menggunakan cara reguler.
– Nilai PPDB terlampir (tercantum) dan PTN tidak tercantum.
– Kata siapa soal diberikan? Jadi titipan, pindah atau cara JKO.

M

Terakhir, ada apa dengan kasus PRT? Jelaskan! (lengkapi)
– Jadi jika PRT, supir, suster tidak kembali lagi memang kenapa? Ada apa?
– Jika PRT, supir, suster ganti orang lain yang baru lalu memang kenapa?
– Memang ada apa dengan Usep Nurdin, Dede Sulaiman, Inah, Maryati, Yati?
– Kata siapa supir, prt, suster dipeluk, dibuka-buka, dianiaya, kabur, lari?
– Alasan tidak balik lagi, tidak kembali lagi memang apa ada masalah apa?
– PRT, supir, suster tidak kembali lagi ada salah apa? Jelas biasa-biasa saja.
– Jadi Usep Nurdin, Dede Sulaiman, Nurhayati, Inah, Maryati tidak balik lagi.
– Jika PRT tidak kembali lagi itu hal biasa, normal, tidak aneh, wajar, itu saja.
Pertanyaan:
1. Alamat PRT bekerja?
2. Kapan PRT bekerja?
3. Nama majikan PRT?
4. PRT ada kasus apa?
5. Apakah ada nama Si Adi?

* Kasus Ibu Naely Farida? Jelaskan! (lengkapi)
– Kata siapa ada kasus penipuan Ibu Naely Farida? SMAN 3 Bandung.
– Kata siapa ada kasus soal ujian USBN? Tidak ada kasus soal ujian.
– Kata siapa ada kasus penjara, narapidana ibu guru? Itu orang tua murid.
– Ibu Naely Farida di SMAN 8 Bandung orang tua murid dari Pak Wildan.
– Ibu Naely Farida di SMAN 8 Bandung bukan guru/pengajar/pendidik.
– Ibu Naely Farida di SMAN 3 Bandung benar mantan guru sastra Indonesia.
– Kata siapa Ibu Naely Farida gurunya Si Adi? Kata siapa ada kasus guru?
– Jadi sebenarnya Ibu Naely Farida dan Si Adi tidak ada persoalan penipuan.

* Jadi bagaimana maksudnya? Jelaskan! (lengkapi)
– Saya sudah katakan tidak bermasalah apa seolah-olah berat, gawat, parah.
– Misal saya katakan sehat lalu dia harus masuk ICU, CT SCAN, MRI, begitu?
– Jadi tampilannya sudah tidak sakit lalu harus bergaya sakit akut, kronis?
– Jadi jika sudah tampak sehat lalu bergaya tumor kronis, rawat inap, begitu?
– Kamu bertanya lalu saya menjawab jadi harus bergaya ICU, operasi, begitu?
– Saya sudah katakan anda sehat, baik-baik saja, aman, tidak ada penyakit.
– Seharusnya tidak begitu, mungkin anda hanya perasaan dan ketakutan saja.

 
Leave a comment

Posted by on December 9, 2018 in Uncategorized

 

Leave a comment